Wednesday, November 21, 2018

Kayra Suka Mencuci Piring

Kayra meletakkan gelas susu yang baru saja habis diminumnya. Anak perempuan berusia tujuh tahun itu langsung mengambil boneka kesayangannya dan kembali bermain.
“Kayra, gelas kotornya tolong taruh di wastafel ya Nak,” kata Ibu.
“Nanti ya Bu,” ucap Kayra enggan.
“Ayo Nak, sebentar saja bantu Ibu sedikit. Kayra memudahkan Ibu mencuci piring dan gelas kotor nantinya,” bujuk Ibu.

Kayra kembali menggeleng. Ibu berbicara lagi dengan ekspresinya meminta Kayra meletakkan gelas kotornya ke wastafel di dapur. Akhirnya Kayra berdiri malas-malasan dan beranjak ke dapur. Ia membawa serta gelas yang tadi dipakainya minum susu. Kemudian ia kembali ke ruang tengah dengan wajah tertekuk. Lalu bermain kembali.

Sudah sepekan ini ibu membiasakan Kayra untuk meletakkan piring dan gelas kotornya ke dapur. Lebih banyak tidak berhasilnya. Kayra sudah terlanjur asyik duluan bermain ke luar bersama teman-temannya atau bersama mainannya di rumah. Tapi ibu tidak menyerah. Hingga dua pekan berjalan dan akirnya Kayra akan reflek meletakkan piring dan gelas kotornya ke wastafel usai makan dan minum susu.

Tapi ternyata Ibu tidak menyerah sampai di situ.
“Kayra, coba bantu Ibu cuci piring yuk!” ajak Ibu.
“Kayra mau main ya Bu. Kan Kayra sudah taruh di wastafel,” jawab Kayra.
Atau pada saat yang lainnya....
“Kayra, coba yuk cuci piring Kayra setelah makan,” ajak Ibu lepas makan malam.
“Besok-besok saja ya Bu, Kayra banyak PR nih...”

Kayra selalu punya alasan untuk tidak mencuci piring. Ia pikir, meletakkannya d wasstafel saja sudah cukup membantu.

Suatu siang, Kayra pulang dari sekolah dan mendapati rumah yang kosong. Ia menemukan sebuah pesan di atas meja makan.

Kayra, adik panas tinggi. Ibu ke rumah sakit. Kamu makan dulu ya. Nanti bisa susul Ibu bersama Ayah kalau Ayah sudah pulang kerja. Ayah akan pulang cepat hari ini.

Kayra menghela nafas. Adiknya memang sering sakit akhir-akhir ini. Kayra beranjak ke dapur hendak mengambil piring. Alangkah terkejutnya ia melihat piring kesayangannya masih ada di tumpukan piring kotor di wastafel. Kayra melihat rak piring dan di sana tinggal satu piring beling tersisa. Kayra berpikir, ia khawatir piringnya akan pecah jika tidak hati-hati ketika makan dengan piring beling. Tapi ia malas mencuci piring plastik kesayangannya yang ia pakai saat sarapan tadi.

Akhirnya ia makan dengan piring beling. Kayra mengambil nasi dan lauk dan menaruhnya di piring penuh kehati-hatian. Kayra makan pelan-pelan, takut jika sendok garpunya terlalu keras membentur piring beling yang ia pakai.

Kayra selesai makan. Ia segera menaruh piring kotornya ke wastafel dapur seperti biasa. Cucian piring menumpuk. Kayra iba melihatnya. Kayra jadi tergerak untuk mencoba mencuci piring plastik kesayanganannya yang ia gunakan tadi pagi. Ia belum berani kalau mencuci piring beling. Kayra khawatir licinnya sabun membuatnya menjatuhkan piring beling tanpa sengaja.


Untung saja, piring kotornya berada di tumpukan paling atas. Kayra mengambil spons dari tempat sabun. Tidak ada airnya. Ia menuangkan sabun cuci piring dan menambahkan sedikit air keran. Kayra matikan kerannya. Lalu ia basuh spons dari air sabun itu. Busa menggelembung banyak sekali.

Kayra mengusap semua bagian piring dengan sponsnya. Tampaknya Kayra terlalu banyak menuangkan sabun sehingga busa yang muncul banyak sekali. Penuh hati-hati, Kayra mengusap permukaan atas piring lalu ganti ke bagian bawahnya.

Kayra menyalakan keran kembali untuk membasuh piring kesayangannya yang kini penuh oleh busa dan gelembung sabun. Ia bilas pelan-pelan. Sesekali, cipratan air sabun membasahi mukanya. Tapi tidak masuk mata. Kayra senang bermain-main dengan air. Setelah piringnya bersih dari sabun, ia meletakkan piring dengan posisi terbalik di samping wastafel. Kayra mencuci tangannya kemudian mematikan keran air. Kayra melihat tumpukan cucian piring yang masih banyak itu. Ia jadi ingin mencobanya lagi....

Akhirnya Kayra memutuskan mencuci gelas plastiknya dan alat makan adiknya. Ia belum berani mencuci peralatan makan beling. Ternyata mencuci piring tidak sesulit yang ia kira! Walaupun Kayra perlu waktu yang cukup lama untuk mencucinya, tapi bagi Kayra ini pengalaman pertama yang menarik.

Ayah pulang pukul setengah empat sore. Kayra segera berkemas dan pergi ke rumah sakit bersama Ayah. Di sana, Ibu sedang mengantri obat. Kata dokter adik tidak perlu dirawat di rumah sakit.

“Ibu, tadi Kayra coba mencuci piring Kayra tadi pagi,” Kayra mulai bercerita.
“Oh ya? Wah maafkan Ibu sayang, Ibu tadi pagi belum sempat mencuci piring. Setelah menyiapkan makan siang Ibu langsung pergi ke rumah sakit. Lupa kalau Ibu belum menyiapkan piring Kayra....”
“Tidak apa-apa Ibu. Tadi masih ada kok piring beling. Jadi Kayra coba makan pakai piring itu. Tapi waktu Kayra selesai makan dan ke wastafel, Ternyata banyak sekali piring yang harus Ibu cuci ya. Kayra jadi ingin mencuci piring kesayangan Kayra. Kayra coba deh,”
Ibu tertarik mendengar cerita Kayra, “Wah hebat! Lalu bagaimana rasanya mencuci piring sendiri sayang?”
“Ternyata seru ya Bu. Seperti main air dan sabun. Kayra juag tadi jadi mencuci gelas kotor Kayra dan alat makan adik. Kalau yang beling Kayra belum berani.”
“Waaah terima kasih, sayang! Nanti Kayra coba lagi ya. Bareng-bareng sama Ibu.”
“Oke Ibu!”

Keesokan harinya seetelah makan malam...
Kayra mencuci piringnya di dapur selepas makan. Ibu mengupas mangga. Sembari mengupas mangga, Ibu sedikit bercerita tenang masa kecil Ibu.

Kayra senang mendengarnya. Ternyata ada di dapur membantu Ibu bisa membuatnya mendengar cerita-cerita Ibu yang seru dan berkesan. Lagipula, ternyata mencuci sedikit peralatan makan tidak membuat waktu belajarnya berkurang banyak. Kayra suka membantu ibu mencuci piring!

2 comments:

  1. Saya sudah baca berulang kali dan tidak menemukan apa apa yang bisa dikomentari baik dari segi konten maupun penyampaian, sudah well banget menurutku. Ringan dan sederhana.

    Tapi jika memang harus ada komentar. Maka komentar ini hanyalah jikalau saya mengedit menjadi tulisan saya.

    1. Anak perempuan yang berusia tujuh tahun itu langsung "menyambar boneka kesayangannya di sofa" dan kembali bermain.

    2. "Ibu berbicara lagi dengan ekspresinya" (terasa janggal)

    3. "akirnya" --> "akhirnya"

    4. "meletakkannya d wasstafel" (typo)

    5. "mendapati rumah yang kosong" --> "mendapati rumah tidak ada orang" (karena rumah yang kosong bisa diartikan rumah tanpa perabotan?)

    6.Kayra menaruh piring belingnya ke wastafel -> dan mendapati bahwa piring kesayangannya berada pada tumpukan paling atas? Harusnya tumpukan paling atas ya piring beling itu dong. Kecuali karena takut pecah, kayra tidak berani menaruh piring beling itu di 'cekungan' wastafel.

    7. Sepertinya akan lebih menarik jikalau kayra perlu untuk berdiri di atas bangku kecil (dingklik bahasa jawanya) karena tinggi badannya pasti tidak sampai untuk tangannya leluasa di wastafel tanpa ada bantuan bangku tersebut. Jikalau pakai bangku, juga rasanya lebih so sweet.

    8. "bercerita tenang masa kecil Ibu" (typo)

    9. Bisa ditambahi seni "meremas spons", karena itu bagian paling asik ketika kita menggunakan spons.

    Segitu saja sih, bilangnya tidak ada komentar, tapi ada sembilan poin ya? Maafkan daku lah kalau begitu.

    Kutunggu lagi cerita cerita selanjutnya.

    Cerita pada suatu hari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. siapp
      2. itu maksudnya lebih ke ibunya ngomong tapi pakai mimik wajah gitu
      3. siap
      4. siap
      5. oh iya juga ya
      6. hmm iya juga sh, jadi aku kepikiranya karena udah tinggi tumpukan yg piring kesayanganya paling atas, si kayra itu naruh piring beling yang baru ddia pake di tumpukan yang lain/sisi lain wastafel. menurutmu gimana?
      7. benaaar
      8. siap
      9. benaaar

      terima kasih banyak anak senja. Semoga tidak bosan memberiku pesan-pesan membangun seperti ini, ya :D

      Delete