Kayra
meletakkan gelas susu yang baru saja habis diminumnya. Anak perempuan berusia
tujuh tahun itu langsung mengambil boneka kesayangannya dan kembali bermain.
“Kayra, gelas
kotornya tolong taruh di wastafel ya Nak,” kata Ibu.
“Nanti ya Bu,”
ucap Kayra enggan.
“Ayo Nak,
sebentar saja bantu Ibu sedikit.
Kayra memudahkan Ibu mencuci piring dan gelas kotor nantinya,” bujuk Ibu.
Kayra kembali
menggeleng. Ibu berbicara lagi dengan ekspresinya meminta Kayra meletakkan
gelas kotornya ke wastafel di dapur. Akhirnya Kayra berdiri malas-malasan dan
beranjak ke dapur. Ia membawa serta gelas yang tadi dipakainya minum susu. Kemudian
ia kembali ke ruang tengah dengan wajah tertekuk. Lalu bermain kembali.
Sudah sepekan
ini ibu membiasakan Kayra untuk meletakkan piring dan gelas kotornya ke dapur.
Lebih banyak tidak berhasilnya. Kayra sudah terlanjur asyik duluan bermain ke
luar bersama teman-temannya atau bersama mainannya di rumah. Tapi ibu tidak menyerah.
Hingga dua pekan berjalan dan akirnya Kayra akan reflek meletakkan piring dan
gelas kotornya ke wastafel usai makan dan minum susu.
Tapi ternyata
Ibu tidak menyerah sampai di situ.
“Kayra, coba
bantu Ibu cuci piring yuk!” ajak Ibu.
“Kayra mau
main ya Bu. Kan Kayra sudah taruh di wastafel,” jawab Kayra.
Atau pada saat
yang lainnya....
“Kayra, coba yuk
cuci piring Kayra setelah makan,” ajak Ibu lepas makan malam.
“Besok-besok
saja ya Bu, Kayra banyak PR nih...”
Kayra selalu
punya alasan untuk tidak mencuci piring. Ia pikir, meletakkannya d wasstafel
saja sudah cukup membantu.
Suatu siang,
Kayra pulang dari sekolah dan mendapati rumah yang kosong. Ia menemukan sebuah
pesan di atas meja makan.
Kayra, adik panas tinggi. Ibu ke rumah
sakit. Kamu makan dulu ya. Nanti bisa susul Ibu bersama Ayah kalau Ayah sudah
pulang kerja. Ayah akan pulang cepat hari ini.
Kayra menghela
nafas. Adiknya memang sering sakit akhir-akhir ini. Kayra beranjak ke dapur
hendak mengambil piring. Alangkah terkejutnya ia melihat piring kesayangannya
masih ada di tumpukan piring kotor di wastafel. Kayra melihat rak piring dan di
sana tinggal satu piring beling tersisa. Kayra berpikir, ia khawatir piringnya
akan pecah jika tidak hati-hati ketika makan dengan piring beling. Tapi ia
malas mencuci piring plastik kesayangannya yang ia pakai saat sarapan tadi.
Akhirnya ia
makan dengan piring beling. Kayra mengambil nasi dan lauk dan menaruhnya di
piring penuh kehati-hatian. Kayra makan pelan-pelan, takut jika sendok garpunya
terlalu keras membentur piring beling yang ia pakai.
Kayra selesai
makan. Ia segera menaruh piring kotornya ke wastafel dapur seperti biasa. Cucian
piring menumpuk. Kayra iba melihatnya. Kayra jadi tergerak untuk mencoba
mencuci piring plastik kesayanganannya yang ia gunakan tadi pagi. Ia belum
berani kalau mencuci piring beling. Kayra khawatir licinnya sabun membuatnya
menjatuhkan piring beling tanpa sengaja.
Untung saja,
piring kotornya berada di tumpukan paling atas. Kayra mengambil spons dari
tempat sabun. Tidak ada airnya. Ia menuangkan sabun cuci piring dan menambahkan
sedikit air keran. Kayra matikan kerannya. Lalu ia basuh spons dari air sabun
itu. Busa menggelembung banyak sekali.
Kayra mengusap
semua bagian piring dengan sponsnya. Tampaknya Kayra terlalu banyak menuangkan
sabun sehingga busa yang muncul banyak sekali. Penuh hati-hati, Kayra mengusap
permukaan atas piring lalu ganti ke bagian bawahnya.
Kayra menyalakan
keran kembali untuk membasuh piring kesayangannya yang kini penuh oleh busa dan
gelembung sabun. Ia bilas pelan-pelan. Sesekali, cipratan air sabun membasahi
mukanya. Tapi tidak masuk mata. Kayra senang bermain-main dengan air. Setelah piringnya
bersih dari sabun, ia meletakkan piring dengan posisi terbalik di samping
wastafel. Kayra mencuci tangannya kemudian mematikan keran air. Kayra melihat
tumpukan cucian piring yang masih banyak itu. Ia jadi ingin mencobanya lagi....
Akhirnya Kayra
memutuskan mencuci gelas plastiknya dan alat makan adiknya. Ia belum berani
mencuci peralatan makan beling. Ternyata mencuci piring tidak sesulit yang ia
kira! Walaupun Kayra perlu waktu yang cukup lama untuk mencucinya, tapi bagi
Kayra ini pengalaman pertama yang menarik.
Ayah pulang
pukul setengah empat sore. Kayra segera berkemas dan pergi ke rumah sakit
bersama Ayah. Di sana, Ibu sedang mengantri obat. Kata dokter adik tidak perlu
dirawat di rumah sakit.
“Ibu, tadi
Kayra coba mencuci piring Kayra tadi pagi,” Kayra mulai bercerita.
“Oh ya? Wah
maafkan Ibu sayang, Ibu tadi pagi belum sempat mencuci piring. Setelah menyiapkan
makan siang Ibu langsung pergi ke rumah sakit. Lupa kalau Ibu belum menyiapkan
piring Kayra....”
“Tidak apa-apa
Ibu. Tadi masih ada kok piring beling. Jadi Kayra coba makan pakai piring itu. Tapi
waktu Kayra selesai makan dan ke wastafel, Ternyata banyak sekali piring yang
harus Ibu cuci ya. Kayra jadi ingin mencuci piring kesayangan Kayra. Kayra coba
deh,”
Ibu tertarik
mendengar cerita Kayra, “Wah hebat! Lalu bagaimana rasanya mencuci piring
sendiri sayang?”
“Ternyata seru
ya Bu. Seperti main air dan sabun. Kayra juag tadi jadi mencuci gelas kotor
Kayra dan alat makan adik. Kalau yang beling Kayra belum berani.”
“Waaah terima
kasih, sayang! Nanti Kayra coba lagi ya. Bareng-bareng sama Ibu.”
“Oke Ibu!”
Keesokan
harinya seetelah makan malam...
Kayra mencuci piringnya
di dapur selepas makan. Ibu mengupas mangga. Sembari mengupas mangga, Ibu sedikit
bercerita tenang masa kecil Ibu.
Kayra senang
mendengarnya. Ternyata ada di dapur membantu Ibu bisa membuatnya mendengar
cerita-cerita Ibu yang seru dan berkesan. Lagipula, ternyata mencuci sedikit
peralatan makan tidak membuat waktu belajarnya berkurang banyak. Kayra suka
membantu ibu mencuci piring!
Saya sudah baca berulang kali dan tidak menemukan apa apa yang bisa dikomentari baik dari segi konten maupun penyampaian, sudah well banget menurutku. Ringan dan sederhana.
ReplyDeleteTapi jika memang harus ada komentar. Maka komentar ini hanyalah jikalau saya mengedit menjadi tulisan saya.
1. Anak perempuan yang berusia tujuh tahun itu langsung "menyambar boneka kesayangannya di sofa" dan kembali bermain.
2. "Ibu berbicara lagi dengan ekspresinya" (terasa janggal)
3. "akirnya" --> "akhirnya"
4. "meletakkannya d wasstafel" (typo)
5. "mendapati rumah yang kosong" --> "mendapati rumah tidak ada orang" (karena rumah yang kosong bisa diartikan rumah tanpa perabotan?)
6.Kayra menaruh piring belingnya ke wastafel -> dan mendapati bahwa piring kesayangannya berada pada tumpukan paling atas? Harusnya tumpukan paling atas ya piring beling itu dong. Kecuali karena takut pecah, kayra tidak berani menaruh piring beling itu di 'cekungan' wastafel.
7. Sepertinya akan lebih menarik jikalau kayra perlu untuk berdiri di atas bangku kecil (dingklik bahasa jawanya) karena tinggi badannya pasti tidak sampai untuk tangannya leluasa di wastafel tanpa ada bantuan bangku tersebut. Jikalau pakai bangku, juga rasanya lebih so sweet.
8. "bercerita tenang masa kecil Ibu" (typo)
9. Bisa ditambahi seni "meremas spons", karena itu bagian paling asik ketika kita menggunakan spons.
Segitu saja sih, bilangnya tidak ada komentar, tapi ada sembilan poin ya? Maafkan daku lah kalau begitu.
Kutunggu lagi cerita cerita selanjutnya.
Cerita pada suatu hari.
1. siapp
Delete2. itu maksudnya lebih ke ibunya ngomong tapi pakai mimik wajah gitu
3. siap
4. siap
5. oh iya juga ya
6. hmm iya juga sh, jadi aku kepikiranya karena udah tinggi tumpukan yg piring kesayanganya paling atas, si kayra itu naruh piring beling yang baru ddia pake di tumpukan yang lain/sisi lain wastafel. menurutmu gimana?
7. benaaar
8. siap
9. benaaar
terima kasih banyak anak senja. Semoga tidak bosan memberiku pesan-pesan membangun seperti ini, ya :D