Tuesday, January 1, 2019

Sahabat di Rumah Sakit


Adi merengut kesal melihat jendela. Ia sedih karena sampai hari ini masih terbaring di rumah sakit. Teman-teman sekelasnya pasti sekarang sudah asyik berwisata ke Taman Bunga Cipanas.
“Kamu kenapa? Kok cemberut begitu?” terdengar suara dari ranjang sebelah. Anak itu pasien yang baru masuk tadi malam.
Adi hanya menoleh dan tidak menjawab.
“Kenalkan, aku Dito,” anak itu melambaikan tangan. Jarak kasur dan selang infus membatasi mereka untuk bersalaman.
“Aku Adi,” jawab Adi. “Aku sedih tidak bisa ikut wisata sekolah ke Taman Bunga Cipanas. Pasti menyenangkan di sana. Tidak seperti aku yang kebosanan di rumah sakit ini. Tidak ada teman, hanya bisa di kasur, membosankan sekali,” keluh Adi.
“Semalam waktu dokter bilang aku akan diopname, aku juga berpikir begitu. Tapi begitu tahu aku sekamar dengan teman sebaya, aku senang karena itu berarti aku punya teman di rumah sakit ini. Kamu mau berteman denganku?”
Mata Adi membulat tidak percaya bahwa opname bisa membuatnya punya teman baru. “Tentu saja mau! Aku juga bosan kalau tidak ada teman.”
Adi dan Dito segera akrab lewat obrolan tentang kesukaan kartun dan permainan yang sama. Keduanya sama-sama siswa kelas empat dari SD berbeda.
“Aku iri karena kamu bisa bicara banyak. Kalau aku bicara terlalu banyak, Mama akan mengingatkanku,” kata Adi. Ia belum boleh banyak bicara karena bisa membuat napasnya tersengal dan memicu asmanya kambuh kembali.
“Kalau kamu bilang iri, aku juga pernah iri sama kamu.”
“Iri padaku? Masa? Aku tidak percaya,” kata Adi tidak yakin.
“Karena kamu makannya lahap sekali.”
“Lho, memangnya kalau kamu makan rasanya gimana?”
“Aku mual dan selama sakit, rasanya tidak enak kalau makan. Tapi aku senang, lihat kamu makannya lahap membuat aku semangat makan.” Dito tersenyum. Adi ikut tersenyum. Sakit yang berbeda memang membuat kondisi mereka berbeda. Adi dengan asmanya tidak boleh banyak bicara, sementara nafsu makannya tidak terganggu. Sedangkan Dito yang terkena muntaber tidak masalah jika banyak bicara saat ia tidak dalam kondisi lemas, namun selera makannya menurun.
Sejak ada Dito, Adi jadi tidak merasa bosan. Biasanya bosan di rumah sakit membuatnya kesal dan mudah marah. Mereka akrab menonton kartun favorit yang sama, bermain tebak-tebakan, dan membahas tokoh superhero favorit masing-masing. Persahabatan baru ini membuat Adi lebih ceria selama opname.
Tiga hari sejak perkenalan Adi dan Dito, dokter menyatakan Adi sudah boleh pulang. Adi senang sekaligus sedih karena ia akan berpisah dengan sahabat barunya.
Dito juga sedih. Tapi ia senang karena Adi sudah sehat. Ia pun ingin lekas sehat dan kembali pulang ke rumah dan bersekolah seperti biasa.
“Jangan sedih Adi. Kan kita masih bisa bertemu atau berkomunikasi. Sekarang kita bertukar nomor dan alamat saja ya.”

Adi masih berkaca-kaca. Ia menganguk. Dalam hatinya ia berjanji bahwa persahabatan ini tidak usai hanya dengan pulang ke rumah karena sembuh.

12 comments:

  1. Widih.... Simple story tp pesannya ngena banget. Story with purpose gitu. Tertarik membaca lanjutannya. Kalau ada. ;D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalo gitu maal. Ada saran ide lanjutannya gaak?Bisa diadain nih~ Makasih yaa

      Delete
  2. Bisa jadi bikin novel anak aja fit

    ReplyDelete
  3. Kalau dilihat dari alur dan konfliknya sudah baik untuk pembacanya anak-anak, sederhana dan mudah untuk disimpulkan lgsg oleh anak-anak (tanpa bimbingan orang dewasa)

    Tetapi beberapa kali membaca cerpen anak yang dibuat Kakak Fitri, diksi atau pemilihan katanya sering msh tidak pas untuk pembaca anak-anak. Seperti opname? Apakah anak-anak paham opname itu apa? Lalu terkena muntaber? Apakah lbh sederhana diganti sakit muntaber? Dan dokter menyatakan Adi, hmm kata menyatakan kurang pas buat anak-anak yang msh belajar diksi..

    Mangats! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Noted mas ejaaa.diksi berarti yaa pr kuu

      Delete
    2. Sudah pernah naskahmu ini diprint lalu diminta adek Fitri ngebaca trs minta komen gitu.. minta pemdapatnya yg bagus ceritanya gmnaa..

      Pst akan lebih paham, sudut pandang anak2 bgmn, buat fitri nulis selanjutnya..

      Delete
    3. Eh krg tanda tanyanya haha, intinya paragraf awal itu bertanya, dan paragraf kedua ksh sarannya haha

      Delete
    4. ada yang udah ada yang belum kaak. siap, makasih sarannya yaa :D

      Delete
    5. Sepakat ama masnya.. hehe, kadang ada kata yg kurang pas di. Cerita firti, udh bagus kok soal ide ide ceritanya 😚😉😉

      Delete