“Mbak, tolong ambilkan tisu,” kata Ari. Ia baru saja tanpa sengaja menumpahkan susu di lantai.
Rani enggan. “Pakai lap saja, Ri.”
“Duh kalau pakai lap nanti Ari perlu cuci sama jemur dulu. Ribet Mbak. Kalau tisu kan tinggal buang,” tawar Ari.
Rani tetap pada pendiriannya. “Pakai lap saja, Ri.”
Ari kesal. Ia berjalan mengambil tisu. “Kalau Mbak Rani tidak mau, Aku bisa ambil sendiri,” katanya bersungut-sungut. Rani hanya menggelengkan kepalanya.
Rani sangat hemat menggunakan tisu. Dan ini sangat berkebalikan dengan Ari adiknya. Debu sedikit, lap pakai tisu. Basah sedikit, lap pakai tisu. Kuah sup tumpah sedikit, ambil tisu baru. Mengaduk susu terlalu cepat sampai memercikkan isinya ke luar, lap dengan tisu. Mulutnya cemong setelah menghabiskan susu, ambil tisu baru. Jika air tumpah di lantai, berarti akan banyak tisu yang dikorbankan.
Sudah sering Rani mengingatkan Ari untuk menghemat tisu. Tapi adiknya masih saja boros. Ari merasa persediaan tisu selalu ada dan bebas dipakai kapan saja.
***
Pekan ini Ari dan Rani pergi ke rumah mbah di Gunungkidul. Mereka akan tinggal di sana selama lima hari sepanjang liburan masa ujian nasional sekolah. Sudah hampir enam bulan mereka tidak ke sana. Keduanya kangen sekali. Meskipun sama-sama di Provinsi Yogyakarta, ada saja penghalang yang membuat mereka belum mengunjungi kakeknya 6 bulan terakhir ini.
Ari dan Rani sangat suka mendatangi rumah mbahnya di Gunungkidul. Posisi rumah mbah ada di dataran tinggi yang jauh dari hingar bingar dan kemacetan Kota Yogyakarta yang semakin menjadi. Sampai di sana, mbah kakung yang masih terlihat sehat dan bugar menunnggu Rani dan Ari di depan rumah. Mbah putri sepertinya masih beres-beres di dalam rumah.
“Selamat datang cucu-cucuku!” sambut mbah kakung. Ari langsung memeluk, disusul oleh Rani.
Setelah ayah bercakap-cakap sebentar dengan mbah kakung dan mbah putri, ayah pamit pulang dan berjanji akan menjemput lima hari berikutnya.
Ari dan Rani menjalani rutinitas sehari-hari di rumah kakek kecuali sekolah. Kegiatan sekolah diganti dengan menemani mbah kakung ke sawah atau ke hutan kecil dekat rumahnya untuk mengontrol petak sawah dan petak pepohonan yang mbah kakung punya. Kadang-kadang jika diperlukan, mbah kakung juga mencari kayu bakar di hutan. Keduanya suka sekali setiap diajak berjalan-jalan ke sawah maupun hutan.
Pagi pertama di rumah mbah. Ari dan Rani sarapan sop ayam hangat buatan mbah putri. Ari bertugas membawa nasi, lauk pauk, serta sayuran dari dapur ke meja makan. Rani membantu mbah putri membereskan dapur.
Saat membawa mangkuk sup dari dapur, isi mangkuk yang terlalu penuh dan jalan yang tidak stabil membuat kuah sup tumpah sedikit ke lantai. Ari menuntaskan tugasnya sampai mangkuk sup ada di atas meja dan bergegas mencari tisu. Sayangnya, ia hanya menemukan sedikit tisu di ruang tamu.
“Mbah Putri, Ari boleh ambil tisu di ruang tamu?” tanya Ari di pintu dapur.
“Monggo Nduk, ambil saja,” jawab mbah putri sembari mengelapi kompor.
“Tapi tinggal sedikit, Mbah. Ari takut habis tisunya.”
“Lha memangnya mau buat apa?” Mbah putri beranjak mendekati Ari.
“Ngelap kuah sop yang tumpah, Mbah,” kata Ari.
“Kalau ini pakai lap saja Ri. Mbah ambilkan ya.” Ari tidak bisa menolak lagi. Ini bukan di rumahnya yang punya banyak persediaan tisu.